Kementan Diseminasikan Pengetahuan Teknologi Hemat Air untuk Perubahan Iklim di Sektor Pertanian

Kementan Diseminasikan Pengetahuan Teknologi Hemat Air untuk Perubahan Iklim di Sektor Pertanian

Dalam pada itu, Muhammad Agung Sunusi dari Kementerian Pertanian menjelaskan dalam pemaparannya jika tersedianya air memiliki imbas besar pada keproduktifan tempat pertanian, khususnya populita.com dalam bidang hortikultura. Tanpa suplai air yang ideal, perkembangan tanaman terhalang dan turunkan keproduktifan dan hasil panen.

“Pengendalian air yang bagus lewat infrastruktur pertanian yang pas, termasuk faktor jumlah, kualitas, dan aksesbilitas bisa tingkatkan keproduktifan tempat pertanian secara krusial dan memberikan dukungan terwujudnya tujuan vital bidang pertanian dalam pembangunan ekonomi nasional,” terang Agung yang adalah salah satunya penulis buku Tehnologi Irit Air untuk Hortikultura ini.

Nani Heryani peneliti dari Pusat Penelitian Limnologi dan Sumber Daya Air, BRIN mengutarakan jika “Sumber daya air nasional banyaknya lumayan besar, tetapi kerap jadi masalah yang mengusik konsistensi dan kebersinambungan produksi pertanian. Masalah itu disebabkan karena rendahnya efektivitas pengendalian dan pendayagunaan air, dan keberagaman tersedianya air antarpulau,” terang periset dari Barisan Penelitian Pengendalian Sumber Daya Air Pertanian BRIN ini.

Menurut dia, buku Tehnologi dan Kearifan Lokal untuk Penyesuaian Peralihan Cuaca ini menyuguhkan pantauan mengenai imbas peralihan cuaca di Indonesia pada sumber daya air dalam penyesuaian peralihan cuaca. “Tehnologi penyesuaian direncanakan dan diterapkan untuk menolong warga dalam rencana menyesuaikan dengan peralihan cuaca. Inovasi tehnologi yang dikenalkan dan digabungkan kearifan lokal dilaksanakan lewat transfer ilmu pengetahuan dan publikasi, pengiringan, selanjutnya disetujui bersama supaya program tehnologi bisa berkesinambungan,” tambah Nani Heryani yang disebut salah satunya penulis bab di buku itu.

Seterusnya, Murtiningrum dari Fakultas Tehnologi Pertanian Kampus Gadjah Mada menjelaskan jika peralihan cuaca sudah menjadi satu diantara rintangan paling besar yang ditemui sektor pertanian saat ini. Kenaikan temperatur rerata global dan peralihan pola cuaca berlebihan sudah mengakibatkan imbas serius pada bidang pertanian. Pengurangan curahan hujan dan kekeringan yang seringkali terjadi mengakibatkan pengurangan suplai air untuk irigasi, menghalangi perkembangan tanaman, dan batasi luas tempat yang bisa dipakai untuk pertanian.

“Peralihan cuaca menyebabkan peningkatan suhu dan peralihan pola hujan dan cuaca berlebihan yang memberikan penekanan pada pertanian. Sebagai sebuah mekanisme, pertanian pertanian sangat terpengaruhi oleh lingkungan. Karena itu, tehnologi dan kearifan lokal yang diulas buku ini bisa berperan pada pengetahuan warga dan diterapkan,” terang Murtiningrum yang ulasan ke-2 buku itu.

Di kesempatan itu, petani adopter tehnologi irit air, Sumarna, share pengalaman praktisnya saat memakai tehnologi ini untuk tingkatkan efektivitas pemakaian air di tempat pertaniannya. Sebagai sisi dari acara, peserta dibawa lakukan lawatan lapangan ke Barisan Tani Pasir Makmur di Dusun Sri Gading. Aktivitas ini memberikan peluang untuk peserta untuk menyaksikan secara langsung implementasi tehnologi irit air di atas lapangan dan berunding secara langsung dengan beberapa petani berkenaan rintangan dan faedah yang mereka rasakan. (mfs/ed. set)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *